KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ ......... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ........ ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... ........ 1
2.1
Latar Belakang................................................................................. ........ 1
2.2
Rumusan Masalah............................................................................ ........ 1
2.3
Tujuan Pembahasan.......................................................................... ........ 1
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................ .. 2
1.
Kerajaan
Kutai............................................................................ ........ 2
1.1
Letak Geografis.............................................................................. ........ 2
1.2
Sil Silah Raja-Raja Yang Memerintah..................................................... 2
1.3
Kehidupan Politik........................................................................... ........ 3
1.4
Kehidupan Ekonomi....................................................................... ........ 3
1.5
Kehidupan Agama.......................................................................... ........ 4
1.6
Kehidupan Sosial Budaya .............................................................. ........ 4
2.
Kerajaan
Tarumanegara............................................................ ........ 5
2.1
Letak Geografis.............................................................................. ........ 5
2.2
Sil Silah Kerajaan Yang Pernah Memimpin.................................... ........ 5
2.3
Kehidupan Politik........................................................................... ........ 7
2.4
Kehidupan Ekonomi....................................................................... ........ 7
2.5
Kehidupan Agama.......................................................................... ........ 8
2.6
Kehidupan Sosial Budaya .............................................................. ........ 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... ........ 9
1.
Kesimpulan.................................................................................. 9
2.
Saran............................................................................................ ........ 9
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................ ........ 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setelah
kedatangan agama dan kebudayaan Hindu Buddha, terjadi perkembangan dan
perubahan besar dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, terutama dalam bidang politik.
Sistem pemerintahan masyarakat
Indonesia mengalami perubahan dari system kesukuan menjadi kerajaan. Pada
system kerajaan, kepala pemerintahan tidak dipegang oleh kepala suku bergelar
datu/datuk atau ratu/raka,tetapi dipegang oleh seorang raja menggunakan
gelar prabu, raja, atau maharaja. Dalam
system ini, raja dianggap keturunan dewa yang harus disembah oleh bawahan dan
rakyatnya. Oleh karena itu raja memilki hak untuk menyelenggarakan pemerintahan
secara mutlak dan turun – temurun. System pemerintahan kerajaan digunakan di
wilayah Kalimantan, Jawa dan Sumatra. Selanjutnya, di daerah tersebut
bermunculan kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Letak Geografis Di Kerajaan Kutai
Dan Tarumanegara ?
2. Bagaimana Sil Silah Raja-Raja Yang
Pernah Memerintah Di kerajaan Tersebut ?
3. Bagaiman Kehidupan Politik Di
Kerajaaan Kutai Dan Tarumanegara ?
4. Bagaimana Kehidupan Ekonomi Di Kerajaan
Kutai Dan Tarumanegara?
5. Bagaimana Kehidupan Agama Di Kerajaan
Kutai Dan Tarumanegara?
6. Bagaimana Kehidupan Sosial Di Kerajaan
Kutai Dan Tarumanegara?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Letak Geografis.
2. Memahami Sil Silah Raja-Raja Yang
Pernah Memerintah Kerajaan.
3. Memahami Kehidupan Politik Di Kerajaan
Kutai Dan Tarumanegara.
4. Memahami Kehidupan Ekonomi Di Kerajaan
Kutai Dan Tarumanegara.
5. Memahami Kehidupan Sosial Di Kerajaan
Kutai Dan Tarumanegara.
6. Memahami Kehidupan Agama Di Kerajaan
Kutai Dan Tarumanegara.
BAB II
KAJIAN TEORI
1.
KERAJAAN KUTAI
1.1
Letak Geografis Kerajaan Kutai
Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak
ditepi sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong.
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan
India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para
pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.

1.2 Sil Silah Raja-Raja Yang Memerintah
Raja-raja yang pernah berkuasa pada kerajaan Kutai
adalah sebagai berikut:
• Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik pada nama raja pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama yang belum dipengaruhi oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli bahwa pada masa kekuasaan Raja Kudungga, pengaruh Hindu baru masuk ke Nusantara, kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia megubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya mejadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun temurun.
• Aswawarman.
Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman merupakan raja yang cakap dan
kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas
lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara
ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika
ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda
dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata
lain, sampai dimana ditemukan tapak kaki kuda, maka sampai disitulan batas
kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit kerajaan Kutai.
• Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan Kutai ke puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara korban emas yang amat banyak.
1.3
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja
terbesar Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra
Kudungga. Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa
Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini
berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri
keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat
Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, yang
menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang
harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang
dijelaskan dalam yupa, bahwaraja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi
kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah
Waprakeswara–tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut
Baprakewara.Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di
Kaltim, terjadi perubahan dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem
pemerintahan kepala suku menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal.
1.4
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
1.5 Kehidupan Agama
Agama Hindu di Kerajaan Kutai
mulai berkembang pada masa pemerintahan Raja Aswawarman. Agama Hindu yang
berkembang adalah Hindu Syiwa sebagai dewa tertinggiTetapi di luar golongan
brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat
istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama
resmi kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan
kepercayaan aslinya.Dewa Syiwa diyakini sebagai symbol Brahma yang memiliki
kekuatan untuk meleburkan alam semesta. Perkembangan agama Hindu Syiwa
dibuktikan dengan adanya tempat suci yang bernama Waprakeswara yang
digunakan untuk memuja Dewa Syiwa. Di Kerajaan Kutai, agama Hindu Syiwa menjadi
agama resmi, walaupun hanya berkembang di lingkungan istana. Sedangkan, rakyat
Kutai masih pada kepercayaan kaharingan.
Kaharingan adalah kepercayaan
suku Dayak di Kalimantan, yang menyembah Ranying Hatalla Langit sebagai
pencipta alam semesta. Kepercayaan ini memiliki beberapa persamaan dengan
agama Hindu satunya penggunaan sesajen. Oleh karena itu, pada tanggal 20 April
1980, kaharingan dimasukkan dalam kategori agama Hindu.
1.6
Kehidupan Sosial Budaya
Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke
-4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesiayang telah banyak
menerima pengaruh hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu
kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat
Indonesia menerima unsur-unsur dari luar dan mengembangkannya sesuai dengan
tradisi bangsa Indonesia
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
·
Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek
moyangnya.
·
Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan
kebudayaan.Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
·
Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan
dankemajuan budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai
yangmenerima dan mengadaptasi budaya luar (India) ke dalam kehidupan
masyarakat.
·
Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung
tinggispirit keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya. Penyebutan Brahmana
sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti yang mereka
tulis menguatkan kesimpulan itu.
2.
KERAJAAN TARUMANEGARA
2.1
Letak Geografis
Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah
kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4
hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di nusantara yang
diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran
wisnu. Kerajaan Tarumanegara
didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian
digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan
di tepi kali gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan Tarumanegara yang ketiga
(395-434 m). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak
lebih dekat ke pantai. Kota itu diberi nama Sundapura pertama kalinya nama
Sunda digunakan. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan
Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang
prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum
Brahmana.
2.2
Sil Silah Raja-Raja Yang
Memerintah
Silsilah Raja-Raja Tarumanegara
Berikut adalah raja-raja
Tarumanagara:
a. Jayasingawarman (358 - 382)
Jayasingawarman pendiri
Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi
dari SALANKAYANA di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang
dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Setelah
Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari
Rajatapura ke Tarumanegara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan
Daerah. Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).
b. Dharmayawarman (382 - 395 M)
Dipusarakan di tepi kali
Candrabaga.
c. Purnawarman (395 - 434 M)
Ia membangun ibukota kerajaan
baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan dinamainya
"Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman
dalam tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Pustaka
Nusantara,parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di
bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari
Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke
Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara tradisional Ci Pamali
(Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat
pada masa silam.
d. Wisnuwarman (434-455)
e. Indrawarman (455-515)
f. Candrawarman (515-535 M)
g. Suryawarman (535 - 561 M)
Suryawarman tidak hanya
melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak
kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga
mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya. Manikmaya, menantu Suryawarman,
mendirikan kerajaan baru di Kendan,
daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Sedangkan putera Manikmaya,
tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima
Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih
berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
h. Kertawarman (561-628)
i. Sudhawarman (628-639)
j. Hariwangsawarman (639-640)
k. Nagajayawarman (640-666
l. Linggawarman (666-669)
Tarumanagara sendiri hanya
mengalami masa pemerintahan 12
orang raja. Dalam tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir,
digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang
puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi
istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri
Kerajaan Sriwijaya.
m. Tarusbawa (669 – 723 M)
Tarusbawa yang berasal dari
Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara
yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia
ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba
(ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi
Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh
dari kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh (SENA or SANNA) berjodoh
dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga,
Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut
kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam posisi
lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan
Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan,
yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.
2.3 Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan
kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja
Purnawaman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali
ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan saluran irigasi
untuk memperlancar pengairan sawah–sawah pertanian rakyat.
2.1
Kehidupan Ekonomi
Prasasti Tugu menyatakan bahwa
raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk
membuat sebuah terusan sepanjang
6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi
masyarakat, karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir
serta sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di kerajaan
Tarumanegara dengan dunia luar, juga perdagangan daerah disekitarnya.
Akibatnya, kehidupan perekonimian masyarakat kerajaan Tarumanegara sudah
teratur. Mata pencaharian rakyat Tarumanegara di perkirakan :
1.
Perburuan disimpulkan dari adanya perdagangan cula badak dan gading gajah dengan cina.
2.
Pertambangan disimpulkan dari banyaknya perdagangan emas dan perak.
3.
Perikanan disimpulkan dari adanya perdagangan penyu, disamping menangkap penyu juga menangkap
ikan.
4.
Pertanian disimpulkan dari penggalian kali untuk mengairi sawah–sawah.
5.
Perdagangan di simpulkan dari adanya hubungan dagang dengan cina.
6.
Pelayaran disimpulkan dari pengiriman utusan ke cina.
7.
Peternakan di simpulkan dari hadiah 1.000 ekor sapi dari Purnawarman
2.2
Kehidupan Agama
Kerajan Kutai
mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi di luar golongan brahmana dan
ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan
kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi
kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan
kepercayaan aslinya.
2.3 Kehidupan
Sosial Budaya
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah
teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga
sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kerajaan
Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu Mahakam. Nama kerajaan
ini disesuaikan dengan nama tempat penemuan prasasti, yaitu didaerah
Kutai.Kaltim telah berdiri dan berkembang kerajaan yang
mendapatkan pegaruh Hindu adalah beberapa penemuan berupa batu bertulis atau
Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut Yupa. Yupa ini
berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan pwersembahan rakyat
kepada para Dewa yang dipujanya.
Dari apa yang telah kami uraikan
dalam makalah di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa kerajaan Tarumanegara
tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu–Budha, tetapi juga pada
aspek lain missal aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya.
Dalam proses akulturasi,
Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari peninggalan–peninggalan
yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan kebudayaan India. Meskipun corak
dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun dalam perkembangannya Indonesia
mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian sendiri.
2.
Saran
Kita
sebagai masyarakat Indonesia harus mencintai budaya budaya yang ada saat in. Peninggalan-peninggalan
yang begitu besar di Indonesia membuktikan bahwa Indonesia adalah negeri yang
kaya akan budaya. Dengan cara merawat,melestarikan dan tidak merusak budaya
yang ada itu juga merupakan bukti cinta kita terhadapan peninggalan budaya diIndonesia.
Melestarikan dan mengembangkan Budaya Indonesia adalah hal yang sangat penting
bagi kita anak Indonesia, supaya Budaya Indonesia tidak hilang dari Indonesia
ini.
Hendaknya para generasi mudah mau
untuk mengetahui mengenai sejarahnya kerajaan-kerajaan zaman dulu, karena dalam
setiap kisahnya memiliki hal-hal positif yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sekarang ini. Dengan mengetahui sejarah tersebut juga bisa menambah wawasan
kita sebagai generasi muda.
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/12/kerajaan-kutai.html
http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-kerajaan-kutai.html
http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-kerajaan-kutai.html
http://rudirosidin.blogspot.co.id/p/kerajaan-tarumanegara.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar